Pola Didik Anak Dapat Menjadi Sumber Konflik Suami Istri

Sumber : liputan6

Diatas40.com – Pada zaman globalisasi dan digitalisasi sekarang ini, kita sebagai orang tua dituntut mempunyai standar pola asuh yang semakin tinggi. Anak-anak dapat memperoleh referensi sumber pengetahuan tidak hanya dari sekolah, pergaulan dan orang tuanya tetapi bisa berselancar di dunia maya dengan bebasnya. Untuk itu pola didik yang diterapkan oleh orang tuanya dalam lingkungan terdekat yaitu keluarga dirasa harus semakin intens dan lebih fokus lagi.

“Ada kata-kata bijak yang mengatakan bahwa orang tua dikatakan berhasil jika mampu menjadikan anak-anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang sukses”.

Mengenai pola didik anak bisa menjadi sumber konflik dalam keluarga. Pola didik anak dapat menjadi sumber konflik suami istri jika ada perbedaan pendekatan dalam cara mendidik anak atau perbedaan nilai dan harapan terhadap anak. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan konflik tersebut antara lain :

  1. Perbedaan pendekatan dalam mendidik anak.

Suami dan istri mungkin memiliki pandangan berbeda tentang bagaimana seharusnya anak-anak dididik. Salah satu dari mereka mungkin lebih cenderung memperbolehkan anak melakukan hal-hal tertentu, sementara yang lain lebih tegas dan konsisten dalam memberlakukan aturan. Perbedaan pendekatan ini bisa menyebabkan ketegangan dan konflik dalam menghadapi situasi sehari-hari dengan anak-anak.

  1. Peran dan tanggung jawab.

Jika satu pasangan merasa bahwa beban mendidik anak sepenuhnya jatuh pada dirinya, sedangkan pasangan lain terlibat dalam beban kerja yang lebih berat di luar rumah, bisa menyebabkan ketidakpuasan dan rasa tidak adil.

  1. Perbedaan nilai dan budaya.

Jika suami dan istri berasal dari budaya, agama, atau latar belakang yang berbeda, mereka mungkin memiliki nilai-nilai yang berbeda dalam mendidik anak. Misalnya, tentang kedisiplinan, otoritas, agama, dan norma-norma sosial.

  1. Pengaruh lingkungan.

Lingkungan di mana pasangan dibesarkan dan tumbuh juga dapat mempengaruhi pandangan mereka tentang pola didik anak. Jika pengalaman masa kecil mereka berbeda dalam hal mendidik anak, itu bisa menjadi sumber konflik.

  1. Komunikasi yang buruk.

Salah satu faktor paling penting yang mempengaruhi konflik adalah komunikasi yang buruk antara suami dan istri. Ketidakmampuan untuk terbuka tentang harapan, kekhawatiran, dan perasaan tentang pola didik anak dapat menyebabkan misinterpretasi dan konflik.

Untuk mengatasi konflik yang disebabkan oleh perbedaan pola didik anak, penting bagi suami dan istri untuk berbicara dengan terbuka, menghormati pandangan masing-masing, dan berusaha mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Berikut adalah beberapa tips untuk mengatasi konflik terkait pola didik anak:

  1. Komunikasi yang efektif.

Jadilah pendengar yang baik dan berbicara dengan terbuka tentang pandangan dan harapan masing-masing tentang mendidik anak. Selalu mengkomunikasikan dengan pasangan dengan mencari waktu yang tepat tanpa melibatkan anak terlebih dahulu.

  1. Kesepahaman bersama.

Carilah titik kesamaan dalam nilai-nilai dan tujuan mendidik anak. Fokus pada kepentingan dan kesejahteraan anak di atas perbedaan pribadi. Tinggalkan latar belakang masing-masing dalam pola asuh dan pola didik anak, sadari bahwa tidaklah sama kondisi masing-masing latar belakang keluarga dalam mendidik anak.

  1. Diskusikan dan tetapkan aturan bersama.

Buat aturan dan disiplin yang konsisten untuk anak-anak secara bersama-sama sehingga anak-anak mendapatkan pandangan yang konsisten dari kedua orang tua. Sebelum aturan disampaikan dan diterapkan ke anak-anak samakan visi terlebih dahulu antara suami-istri sehingga tidak membingungkan anak dalam menerapkan aturan dari orang tuanya. Hati-hatilah dengan cara berpikir kritis anak-anak kita.

  1. Peka terhadap peran dan tanggung jawab masing-masing.

Bagilah tanggung jawab dalam mendidik anak secara adil berdasarkan kemampuan dan peran masing-masing. Porsi mendidik dapat dibagi antar pasangan, misalkan seorang Ayah memberikan nasehat-nasehat tentang kehidupan dan cara berperilaku, sedangkan Ibu mengawal pendidikan anak diluar sekolah. Tentunya dengan saling mengoreksi jika ada sesuatu perbedaan satu dengan yang lainnya.

  1. Jangan membandingkan.

Hindari membandingkan anak-anak atau cara mendidik antara satu anak dengan yang lainnya, karena ini bisa menyebabkan ketidakharmonisan. Sadarilah jika karakter ( personality ) dan cara pandang anak berbeda-beda antar individu. Temukan karakter anak-anak Anda, baru tentukan pola didik untuk mereka. Perlu diingat…!! perlakuan terhadap masing-masing anak walaupun berbeda tapi hindari perkataan yang sifatnya membandingkan satu dengan yang lainnya. Ciptakan saling menghargai pencapaian masing-masing anak.

  1. Cari bantuan jika perlu.

Jika perbedaan pendapat terlalu rumit, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional, seperti konselor atau psikolog, untuk membantu mengatasi konflik tersebut. Konseling pada para ahli psikologi anak dipandang perlu untuk memperluas wawasan orang tua dalam melihat titik netral tanpa terpengaruh hal yang subyektif karena dipengaruhi adanya ikatan batin antara orang tua dan anaknya.

Ingatlah bahwa setiap pasangan memiliki dinamika yang berbeda dan tidak selalu mudah untuk mencapai kesepakatan. Namun, dengan komunikasi yang baik dan komitmen untuk bekerja sama, pasangan dapat mengatasi perbedaan pola didik anak dan membangun lingkungan keluarga yang harmonis.