Mengantisipasi Risiko Berbisnis

Seorang smart entrepreneur haruslah risk manager, bukan hanya risk taker. Bisnis itu selalu bergelut dengan risiko, tidak pagi, siang, sekarang, atau yang akan datang. Seorang bisnisman yang handal pasti pandai mengelola risikonya, tidak sekadar mengambil risiko (risk taker). Sebelum mengambil risiko, kita harus melihat portfolionya “risiko” dan “benefit” nya, lalu dianalisis satu per satu, mana yang bisa kita atasi saat ini. Kemudian, cobalah untuk menelusurinya dengan matang, lalu menentukan risiko yang bisa atau mampu kita atasi dan “manageable”. Untuk itulah kami menyebut smart entrepreneur itu “risk manager”, bukan “risk taker”.

Mengelola Risiko

Ada sebuah keluarga yang memiliki empat orang anak laki-laki yang masing-masing diharapkan mendapatkan masa depan yang lebih baik. Untuk itu, masing-masing anak diberi bekal yang sama, pengarahan untuk bekal masa depan yang sama, namun sekolah dan jurusan mereka berbeda. Setelah mereka menyelesaikan sekolah, mereka diberi modal yang sama, yaitu 10 juta rupiah.
Masing-masing dari mereka mempunyai karakter yang berbeda sehingga langkah yang mereka ambil juga berbeda. Si A menitipkan modal itu kepada ibunya agar modal itu tidak habis. Ini disebut avoid a risk (tetapi belum tentu tidak berisiko, bukan? Ditaruh di bawah bantal juga berisiko dicuri). Si B mendepositokan modal yang ia miliki ke bank pemerintah atau bank swasta. Ini disebut risk free. Si C membeli barang atau produk dengan uang yang ia miliki, kemudian barang itu ia jual lagi ke tempat lain yang membutuhkan (entrepreneur). Inilah yang disebut risk manager. Sedang si D ingin cepat kaya dan sangat ambisius. la lalu menggunakan uang itu untuk bertaruh dan berjudi (gambling). Ini disebut risk taker (high risk high return-gambler).

Dari cerita tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tidak ada bisnis yang tidak berisiko. Semua bisnis memiliki risiko, apa pun jenisnya. Bekerja pun juga memiliki risiko, yaitu dipecat.

Dalam memulai berwirausaha, ada dua faktor yang paling penting, yaitu RISK MANAGEMENT dan QUALITY. Gunanya adalah untuk menghindari dan meminimalisasi faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan, yaitu dengan cara:

  1. Jangan mengenal kata biasa saja.
  2. Quality first, not quantity first.
  3. Lakukanlah “Bench Marking”.
  4. Perhatikan tingkat kebutuhan pelanggan sebelum memulai bisnis.
  5. Reputasi itu lebih penting daripada sekadar mengejar keuntungan semata.
  6. Identifikasilah kegagalan atau rintangan yang bakal terjadi semampu Anda.
  7. Mulailah berbisnis dari kekuatan yang Anda punya, bukan karena melihat orang lain yang sukses.
  8. Gantilah bisnis Anda bila perlu, dan itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Tetapi, janganlah investasi terlalu besar di awal-awal bisnis Anda!
  9. Bertindaklah dengan cepat, intuitif, proaktif, dan manfaatkanlah momentum yang terjadi.
  10. Kesuksesan bisnis itu didasari dari riset yang baik.
  11. Ingatlah bahwa bisnis yang berhasil bukan hanya bermodal keberanian, melainkan kemampuan dan keteguhan hati yang didukung dengan kreativitas.

Banyak orang berkata bahwa bagi seorang entrepreneur, yang penting adalah inovasi dan berani mengambil risiko dalam berbisnis. Namun, yang lebih baik ialah “kelolalah risiko yang akan terjadi dan minimalkan risiko itu” (sering disebut “manage your future risk”). Mengambil risiko bukannya tidak baik, namun jika kita hanya mengambil risiko yang tidak mampu kita tanggung, kita cenderung lebih bersifat ceroboh.

Jika kita telah mengambil keputusan untuk menjadi seorang entrepreneur, maka kita harus sudah berani mengambil risiko untuk keluar dari zona “kemapanan” atau “comfort” dan masuk ke dalam zona “ketidakpastian” dan “long journey”. Katakanlah Anda dihadapkan pada sebuah medan pertempuran yang harus Anda taklukan. Anda haruslah berpikir, “Seberapa besar saya mampu menanggung risiko yang sesuai dengan ‘sources’ dan ‘skill’ yang saya miliki?” Bila Anda merasa tidak mampu, maka persiapkanlah dahulu hal itu dengan baik sambil Anda berjalan untuk mengumpulkan informasi-informasi penting sebagai bahan acuan untuk melangkah lebih lanjut.

Melakukan langkah awal untuk berwirausaha tidaklah berat. Yang penting adalah “take it easy” dan “think smart”. Anda berpikiran berat karena Anda telah melihat orang lain, dalam hal ini pengusaha, berada dalam suasana atau kondisi yang sudah mapan serta sukses, sehingga Anda cenderung dibebani oleh mimpi yang besar, tetapi Anda ingin hal itu terjadi secara instan. Tidak ada seorang pengusaha yang meraih kesuksesan secara instan, kecuali bisnisnya merupakan “hibah” dan itu pun bisa habis bila tidak dikelola dengan baik.

Langkah-langkah yang perlu Anda ambil untuk meminimalkan risiko adalah:

  1. Mengetahui seberapa besar skill yang Anda miliki.
  2. Mencari tahu apakah bisnis Anda cocok atau sesuai dengan karakter Anda.
  3. Mencari tahu seberapa besar modal yang bisa Anda siapkan untuk memulai bisnis tersebut (maksimal 50%-nya berasal dari tabungan Anda untuk mengurangi tekanan kebutuhan keluarga dan kehidupan Anda, karena memulai berarti bahwa Anda akan kehilangan penghasilan Anda untuk sementara waktu).
  4. Mengetahui seberapa besar modal yang diperlukan bisnis tersebut. Modal ini dibagi menjadi dua, yaitu Invesment Capital dan Operating Capital.
  5. Mengetahui key succsess factor bisnis tersebut.
  6. Mengetahui seberapa besar tingkat kebutuhan pasar akan produk Anda.
  7. Mengetahui tingkat kontinyuitas dan persaingan pasar.
  8. Mengetahui seberapa sering tingkat perubahannya (style, behaviour, satisfaction).
  9. Berpikirlah bahwa Anda menciptakan sesuatu yang make it better.

Semua apa yang kita lakukan pastinya berisiko, jadi kelolalah dengan bijaksana.