Haji Arif Dengan Pohon Duriannya

Ia berbisnis di pinggir jalan raya Serang-Pandeglang Km 13, Kampung Ciparih Kuprah, Baros, Serang, Provinsi Banten. Ia mulai merintis usahanya sekitar tahun 1960-an. la hidup di lokasi dekat kebun durian. Hobinyalah yang membawanya untuk berbisnis buah durian (kesuksesan bisnis salah satunya berasal dari hobi dan keahlian). Karena sangat menyukai buah durian, apalagi dia mengetahui dengan persis mana durian yang matang serta mempunyai pengalaman mengelola kebun durian, maka ia memberanikan diri berbisnis buah durian. Bisnis bila tidak berlandaskan “industry concept” akan sulit berkembang, dan memang itulah yang terjadi.

JATUH BANGUN KARENA TIDAK ADA KONSEP

Berpuluh-puluh tahun ia merintis bisnis buah durian, namun selalu merugi. Tetapi, keteguhan hati, kerja keras, sifat pantang menyerah, dan strateginya yang terus diasah (karena ia mau belajar dari pangalaman) membuatnya kini bisa menuai hasilnya. Untunglah ia tidak kehabisan modal duluan. “Seharusnya bila aku mempunyai strategi dan konsep, rasanya tidak butuh waktu puluhan tahun,” katanya.

Ayah tujuh anak ini mencurahkan semua yang ia miliki untuk bisnis durian. Karena merugi terus, ia mengalami kebangkrutan. Mengapa? Karena ia hanya bermodal keberanian dan “nyemplung dulu” saja, sehingga ia menjadi “Risk Taker”, bukan “Risk Manager”.
“Untung saya tidak bangkrut! Mungkin bila yang lain akan tutup,” katanya. Namun, karena ditopang dengan terus berjualan durian (fokus) serta tidak tergoyahkan (bahkan membuat istri dan seluruh anaknya kecewa), ia pantang mundur. Ia berkata, “Saya ingin tahu, sampai di mana dan detik kapan usaha berjualan durian ini akan berakhir.” Kuncinya adalah konsep terhadap pelanggan, pengalaman untuk menjual durian bermutu dan memilihnya (quality first dan concept), networking dan strategi marketing yang bagus!

Untuk itu, ia berkata bahwa hanya ada satu kunci: “Muliakan pembeli atau pelanggan! Jangan pernah mengecewakannya!” Di dalam gubuknya, ia menyuguhkan kopi atau teh yang hangat, manis atau pahit dengan gratis sebagai servis bagi pelanggan.

Berdasarkan pengalamannya mempunyai kebun durian, ia lalu menggandeng 1.000 petani durian untuk mengelola lahannya seluas 450 ha. Ia memberi pengarahan bagaimana cara mengelola pohon durian, agar buah yang matang diikat dengan tali (sehingga tidak jatuh ke tanah) untuk menjaga kualitas buah durian yang ingin ia jual.

la memberikan garansi bahwa bila buah durian yang dibeli konsumen tidak manis maka ia akan menukarnya, karena ia menjamin bahwa buah durian yang ia jual itu matang di pohon (Think Different). Ia menggunakan konsep branding (Product Branding) untuk buah duriannya, misalnya si Order, si IM, si Aseupan, si Kotok, si Bolu Wartawan, dan si Kandel Tali. Ia juga menggunakan strategi komunikasi dengan publikasi dan promosi, yaitu dengan ikut kontes buah durian. Si Potret yang memenangkan kontes buah durian tahun 1972 se-Asia di Jakarta membuat durian itu dicari (dijuluki si Potret karena sering dipotret oleh wartawan). Karena pengetahuan dan kemampuannya, banyak petani durian yang meminta nasihatnya. Selain itu, ia juga memberikan jasa pelayanan dengan mengantar buah durian ke rumah pelanggan yang tinggal di wilayah Serang dan Padeglang. Ia sekarang dijuluki “Pawang Durian”.

Itulah potret seorang SMART ENTREPRENEUR, yang memulai dari nol, tetapi mampu beradaptasi dengan perubahan, pengalaman yang terjadi, dan kreatif untuk mengatasi masalah (berevolusi diri). Memang ia mulai dengan bermodal keberanian saja, tetapi ternyata hal itu tidaklah cukup (sebagai Risk Taker). Ia harus menggunakan skill, konsep, strategi, taktik dan visi yang jauh ke depan. Untunglah ia selamat dari kebangkrutan karena bermodal nekat dan keberanian saja. Janganlah Anda meniru caranya yang menggunakan “keberanian” saja, salah-salah Anda akan bangkrut. Namun, tirulah keteguhan hati, improvisasi, dan kerja keras serta strateginya. Modal itu terbatas, tetapi semangatlah yang tidak mengenal karakter “batas”! Dia tertolong karena mau berubah dan menyesuaikan diri (evolusi) dengan persaingan serta kebutuhan pasar yang berubah.